Laman

Sabtu, 11 Agustus 2012

KEPITING BAKAU

10 Fakta Tentang Kepiting Bakau

1. Kanibal
Kepiting bakau merupakan organisme yang rakus dan bersifat kanibal (karena sering memakan sesamanya terutama yang sedang berganti kulit (molting), sehingga hal ini menjadi salah satu kendala utama dalam budidayanya (Arriola, 1971 dalam Direktorat Jenderal Perikanan, 1991).
2. Perbedaan Jantan dan Betinanya Mencolok
Untuk membedakan kepiting jantan dengan kepiting betina dapat dilakukan dengan mengamati ruas-ruas abdomennya. Kepiting jantan ruas abdomennya sempit, sedangkan pada kepiting betina ruas abdomennya lebih besar. Perut kepiting jantan berbentuk sepertiga meruncing, sedang yang betina berbentuk segitiga melebar. Perbedaan lainnya adalah pleopod yang terletak di bawah abdomen, di mana pada kepiting jantan pleopod berfungsi sebagai alat kopulasi sedangkan pada kepiting betina pleopod berfungsi sebagai tempat melekatnya telur (Moosa et al., 1985).
3. Melakukan Ruaya Ke Laut
Menurut Kasry (1991), kepiting bakau dalam kehidupannya akan beruaya menuju ke laut untuk memijah dan setelah itu induk dan anak-anaknya akan kembali ke perairan pantai, muara sungai atau perairan berhutan bakau sebagai tempat untuk berlindung. Peristiwa ini terjadi pada periode-periode bulan-bulan tertentu terutama pada awal tahun. Jarak tempuh ruaya tidak lebih dari satu kilometer ke arah laut menjauhi pantai, namun demikian terkadang ditemukan pula kepiting bakau yang memijah di tambak  bandeng tradisional.

4. Jenis Hewan Karnivora
Kepiting bakau merupakan jenis hewan karnivora (pemakan daging). Kasry (1991) mengatakan bahwa pada saat masih larva jenis makanan yang disukai oleh kepiting bakau adalah jenis plankton seperti Diatom, Tetraselmis, Chlorella, Rotifer (Barachionus sp.), larva Echinodermata, larva berbagai Moluska, cacing, dan lain-lain.

5. Tergolong Nokturnal
Kebiasaan makan kepiting bakau adalah lebih aktifnya mencari makan pada malam hari dalam posisi memakan di dasar tambak/keramba tempat budidaya.

6. Mempunyai Beberapa Istilah Dalam Perdagangan
- Full     : Istilah untuk kepiting betina bertelur penuh
- Cam      : Istilah untuk kepiting betina bertelur setengah
- Super I  : Istilah untuk kepiting jantan gemuk
- Super II : Istilah untuk kepiting bancian (bukan jantan bukan betina)
- LB/BK    : Istilah untuk kepiting kopongan
- KRO      : Istilah untuk kepiting kecil

7. Mempunyai Kandungan Nilai Gizi yang Tinggi
Kepiting bakau tersusun atas 18 asam amino esensial yang sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Bagian tubuh kepiting bakau yang dapat dimakan mengandung protein dan lemak, bahkan pada telur kepiting kandungan proteinnya sangat tinggi yaitu sebesar 88,55% (Hanafi, 1992).

8. Laris Di Pasar Lokal Maupun Luar Negeri
Karena kelezatan dan aromanya yang sangat mengundang selera dan dengan komposisi nilai gizi di atas, maka komoditas ini sangat digemari pula oleh konsumen luar negeri dan menjadi salah satu makanan paling bergengsi di kalangan atas.
Di pasar lokal harga kepiting bakau per kilogramnya berkisar antara Rp. 4.500,- sampai Rp. 12.500,- dengan siza 5-3 ekor/kg, sedangkan untuk ekspor harga kepiting dengan ukuran yang sama antara Rp. 21.000,- sampai Rp. 25.000,- bahkan untuk kepiting bertelur harganya mencapai Rp. 35.000,- sampai Rp. 45.000,- (berdasarkan informasi pasar dan petani kepiting, 2001).

9. Andalan Ekspor Non Migas Indonesia
Permintaan kepiting bakau yang terus meningkat telah menjadikan komoditas ini sebagai salah satu andalan ekspor non migas. Berdasarkan data statistic perikanan, ekspor kepiting Indonesia memperlihatkan adanya kenaikan dalam nilai; pada tahun 1994 nilai ekspor mencapai US$ 21.027.000, kemudian pada tahun 1997 meningkat menjadi US$ 24.417.000 (angka sementara) dan pada tahun 1998 mencapai US$ 25.488.000 (Direktorat Jenderal Perikanan, 2000).

10. Alternatif Bagi Petani Tambak
Di propinsi Jawa Tengah, usaha budidaya/penggemukan dilakukan dengan sistem silvofishery yang memadukan antara budidaya komoditas perikanan berupa ikan bandeng dan kepiting dengan penanaman tanaman mangrove. Hal ini menjadi salah satu alternatif bagi para petani tambak atas kegagalan dalam budidaya udang windu. Ini dikarenakan kepiting bakau cenderung mudah untuk dipelihara, lebih tahan terhadap kondisi perubahan lingkungan, dan dapat dilakukan dengan teknologi yang sederhana dan dapat dikuasai dengan mudah oleh petani pemula sekalipun.
Hijau Pesisirku!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar