Laman

Minggu, 03 Juli 2011

BUDIDAYA JAMUR KANCING

Tahapan budidaya jamur kancing pada dasarnya hampir sama dengan jamur kompos lainnya seperti jamur merang yaitu dimulai dengan pembuatan kompos, sterilisasi, inokulasi/penanaman bibit, dan pemanenan. Perbedaannya terletak pada perlakuan di dalam beberapa tahapannya.

Berikut tahapan-tahapan dalam budidaya Jamur kancing :
1. Pengomposan

Jerami merupakan salah satu media utama dalam budidaya jamur kancing. Kandungan hara dalam jerami seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) sangat diperlukan untuk pertumbuhan jamur. Hanya saja unsur Nitrogen dalam jerami belum mencukupi kebutuhan jamur untuk tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan tambahan media lain yang memiliki kandungan N yang cukup tinggi seperti pupuk organik atau pupuk alami dari kotoran kuda atau kotoran unggas. Selain unsur-unsur tersebut, jamur juga memerlukan nutrisi dan vitamin yang bisa diperoleh dengan penambahan bekatul/dedak. Untuk menjaga pH media tanam agar tetap netral (pH 7) diperlukan juga penambahan kapur (CaCo3). Bahan lain yang sangat dianjurkan untuk ditambahkan yaitu air kelapa karena kandungannya yang lengkap . Air kelapa kaya akan mineral, vitamin, gula, maupun asam amino yang sangat baik untuk pertumbuhan jamur.
Supaya nutrisi dalam media dapat diserap dengan mudah oleh jamur, media tanam perlu dimatangkan/dilapukkan terlebih dahulu melalui proses pengomposan. Pengomposan selain dapat melapukkan media, juga dapat mematikan mikroba-mikroba patogen/penyakit sehingga dapat mengurangi kemungkinan kontaminasi.
Beberapa formula media tanam yang bisa digunakan dalam budidaya jamur kancing diantaranya :
a) Formula 1
* 100 kg jerami
* 5 kg Bekatul
* 2 kg Kapur
* 1 kg ZA
* 3 kg Urea
* 3 liter Air Kelapa

b) Formula 2
* 100 kg jerami
* 10 kg kotoran kuda / kotoran ayam
* 5 kg bekatul
* 1 kg urea
* 2 kg kapur

Teknik Pengomposan :

* Jerami dipotong-potong (semakin kecil semakin baik) kemudian dicuci dengan air mengalir. Setelah bersih dari tanah dan zat-zat pengotor lainnya, jerami ditiriskan. Kelembaban jerami dijaga antara 60-70% yang ditandai dengan kondisi jerami yang basah tetapi ketika diangkat airnya tidak sampai menetes.
* Jerami selanjutnya disusun setinggi 10-15 cm, kemudian diselingi dengan menaburkan kapur, bekatul, dan kotoran kuda/ayam di atasnya. langkah tersebut diulang hingga tumpukan jerami mencapai ketinggian ±1,5 m. Agar pengomposan berjalan dengan baik, tumpukan media jerami sebaiknya di tutup dengan terpal atau plastik.
Untuk menghasilkan kompos yang merata, lapisan di aduk setiap tiga hari sekali. Tiga hari pertama lapisan diaduk/dibalik sambil ditambahkan urea. Tiga hari kedua atau hari keenam lapisan dibalik lagi sambil ditambahkan dengan ZA. Setiap tiga hari selanjutnya lapisan di balik tanpa penambahan zat lain. Pengomposan dilakukan selama 18-21 hari. Proses pengomposan yang sempurna akan menghasilkan kompos dengan cirri warna yang gelap, tidak berbau, struktur halus/remah dan pH netral (pH 7).

1. Sterilisasi
Setelah tahap pengomposan selesai selanjutnya dilakukan sterilisasi di dalam ruang khusus atau kumbung yang tertutup rapat. Sterilisasi dilakukan dengan mengalirkan uap air panas selama 8-10 jam dengan suhu antara 60-70°C. Selanjutnya, suhu dipertahankan pada angka 40-50°C selama 24-36 jam.

2. Inokulasi/Penanaman Bibit
Setelah sterilisasi selesai dan suhu media telah menyamai suhu ruang, selanjutnya bibit ditebarkan di bagian atas dan tengah media. Kumbung jamur harus tertutup rapat seperti halnya dalam budidaya jamur merang. Suhu di dalam kumbung dijaga antara 20-25°C, dengan kelembaban antara 80-90%. Sirkulasi udara di dalam kumbung harus merata. Untuk itu diperlukan penggunaan kipas angin atau bahkan AC sehingga sirkulasi udara akan tetap lancar sekalipun ruang dalam keadaan tertutup rapat.

Dalam waktu ±2 minggu, miselium sudah mulai tumbuh memenuhi permukaan media. Tahapan selanjutnya yaitu proses pelapisan tanah setebal 2,5-5 cm di atas kompos yang telah ditumbuhi miselium. Pelapisan tanah sangat penting dilakukan untuk menopang jamur agar dapat berdiri tegak. Selain itu beberapa manfaat lainnya yaitu :
a) membentuk mikroklimat/kondisi ruangan yang lembab sehingga dapat merangsang pertumbuhan tubuh buah.
b) Menahan air dalam kompos sehingga kompos tidak mudah kering.
c) Mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit.

Syarat tanah yang bisa digunakan untuk pelapisan kompos ini yaitu :
a) Memiliki pH netral (pH ±7)
b) Bersih dari hama dan penyakit (disterilisasi dengan menggunakan uap panas dengan suhu 70°C selama ±4 jam)
c) Memiliki pori sehingga dapat menyimpan air.
Setelah proses pelapisan tanah selesai, pintu dan jendela ditutup kembali. Adapun sirkulasi dihasilkan dengan bantuan kipas angin. 14-20 hari setelah proses pelapisan tanah, mulai diberikan aerasi dengan membuka lubang ventilasi baik dari pintu ataupun jendela. Suhu ruangan untuk tahap pembentukan tubuh buah ini dijaga antara 16-20°C. Kisaran suhu ini dapat diperoleh dengan bantuan penyiraman atau pendingin AC, atau dengan membuka pintu dan jendela. Cara lain yang lebih sederhana yaitu dengan menyimpan balok balok es di dalam ruangan. Perlakuan suhu rendah ini bertujuan untuk memicu perubahan fisiologis dari pertumbuhan miselium ke pembentukan tubuh buah.

3. Pemanenan
Beberapa hari setelah pengondisian dengan suhu rendah, bakal tubuh buah jamur akan mulai tumbuh. Rentang 10-15 hari setelah munculnya bakal tubuh buah, jamur kancing sudah siap panen. Pemanenan dilakukan pada saat jamur dalam stadium kancing.


sumber : emwezet23.multiply.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar