“KIDUNG
Rumeksa Ing Wengi“. Saya terjemahkan bebas menjadi Kidung
Penjaga di Keheningan Malam. Ia merupakan tembang, gita, lagu atau
nyanyian yang sangat popoler di pedesaan-pedesaan Jawa. Konon diciptakan oleh
Sunan Kalijaga. Salah satu dari sembilan wali penyebar agama Islam di Pulau
Jawa.
Tatkala SD di
Klaten Jawa Tengah awal-awal 1980-an, saya acap mendengar “ura-ura”
(senandung) lirih dan penuh penghayatan ini dari bibir tipis Pakde Minto
pada keheningan malam yang tengah “leyeh-leyeh” (berbaring rileks) di
bale bambu yang sudah agak reyot. Di lain waktu, kidung ini disenandungkannya
sembari membuai mesra putra bungsunya yang susah tidur dan senantiasa menangis
–sebagai pengantar ke peraduan.
Apabila
mendengar kidung dilantunkan, aliran darah serasa terkesiap. Dan memang, pada
kenyataannya kidung ini bukan sembarang kidung. Orang Jawa meyakini,
dengan menyanyikannya, maka pelantun dan keluarganya akan terhindar dari
malapetaka.
Keseluruhan
bait dari “Kidung Rumeksa Ing Wengi” berjumlah sembilan.
Namun yang terkenal dan acapkali disenandungkan yakni bait pertamanya. Bait
pertama sangat dikenal dan menjadi semacam “kidung wingit“
karena diyakini membawa tuah seperti mantra sakti penolak bala.
Jika kita
cermati makna dari sembilan bait kidung ini, kandungan isinya merupakan medium
dakwah dalam bentuk tembang yang sangat luar biasa. Ini menandakan bahwa para
penyebar agama Islam di masa-masa awal perkembangannya di pulau Jawa mampu
memahami, menjiwai dan sekaligus menjawab kebutuhan spiritualitas masyarakat.
Semangat yang
terkandung dari kidung ini untuk saling ingat-mengingatkan manusia
agar senantiasa mendekatkan diri kepada Gusti Allah SWT. Dengan mempercayai
bahwa Allah SWT sangat dekat dengan makhluk ciptaan-Nya, maka apapun rintangan
dan godaan dari luar yang menghadang akan dengan mudah diatasi. Termasuk
rintangan dan godaan yang kadangkala di luar kemampuan akal manusia.
***
Sekarang mari
kita resapi, dua buah bait gita ini dalam langgam “Dhandhanggula“.
Ia seolah-olah menjadi tembang klasiknya Orang Jawa, yang abadi sepanjang masa.
Hingga kini, orang-orang tua di pedesaan masih banyak yang hapal dan
mengamalkan lirik tembang terkemuka ini.
Kidung Rumeksa Ing Wengi
(1)
Ana kidung rumekso ing wengi
Ana kidung rumekso ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara
Luputa bilahi kabeh
Jim setan datan purun
Paneluhan tan ana wani
Miwah panggawe ala
Gunaning wong luput
Geni atemahan tirta
Maling adoh tan ana ngarah ing
mami
Guna duduk pan sirno
Terjemahannya dalam bahasa
Indonesia:
Kidung Penjaga di
Keheningan Malam (1)
Ada kidung penjaga di keheningan malam
Ada kidung penjaga di keheningan malam
Kukuh selamat terbebas dari
penyakit
Terbebas dari segala malapetaka
Jin dan setan jahat pun tidak
berkenan
Segala jenis sihir pun tidak ada
yang berani
Apalagi perbuatan jahat
Ilmu orang yang bersalah
Api dan juga air
Pencuri pun jauh tak ada yang
menuju padaku
Guna-guna sakti pun sirna
***
Sementara itu,
saya pilihkan bait berikutnya yang dipercaya dapat mempercepat perjodohan. Bagi
orang Jawa, mengamalkan lirik ini, terutama bagi perempuan tua yang
kesulitan mendapatkan suami diyakini dapat menemukan jodohnya. Disamping
itu, bait ini juga dipercaya dapat menyembuhkan orang gila. Betul atau salah,
dan betul-betul berkasiat atau tidak, saya serahkan pada kemantapan
masing-masing pribadi.
Kidung Rumeksa Ing Wengi
(2)
Wiji sawiji mulane dadi
Wiji sawiji mulane dadi
Apan pencar saisining jagad
Kasembadan dening zate
Kang maca kang angrungu
Kang anurat kang anyimpeni
Dadi ayuning badan
Kinarya sesembur
Yen winacakna ing toya
Kinarya dus rara gelis laki
Wong edan nuli waras
Terjemahannya dalam bahasa
Indonesia:
Kidung Penjaga di
Keheningan Malam (2)
Kejadian berasal dari biji yang sama
Kejadian berasal dari biji yang sama
kemudian berpencar ke seluruh dunia
Terimbas oleh zat-Nya
Yang membaca dan mendengarkan
Yang menyalin dan menyimpannya
Menjadi keselamatan badan
Sebagai sarana pengusir
Apabila diterapkan dalam air
Dipakai mandi perawan agar cepat
bersuami
Orang gila pun segera sembuh
*****
http://dwikisetiyawan.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar